Teori dan Sejarah Arsitektur 2
Nama : Riski Amalia
NPM : 1902250005
UAS TEORI DAN SEJARAH ARSITEKTUR
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universites Tridinanti Palembang.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Sejarah Perkembangan Arsitektur 2
PENERAPAN ARSITEKTUR KLASIK PADA BANGUNAN
Pengertian Arsitektur Klasik
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, tetapi arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb).
Ciri-ciri arsitektur klasik secara umum :
- Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut ruangan.
- Menggunakan kolom dan balok sebagai elemen utama.
- Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang cukup lama.
- Bahan utama yang di gunakan langsung dari alam.
Beberapa bangunan klasik yang ada di palembang.
1. Masjid Besar Al-Muhammadiyah
Palembang merupakan salah satu pusat penyebaran agama islam. karena itu tidak heran jika di palembang banyak berdiri masjid-masjid bersejarah yang menjadi tempat pusat keagamaan.
Salah satunya yaitu, Masjid Besar Al-Muhammadiyah atau yang dikenal juga dengan nama Masjid Suro. Masjid ini terletak di pertigaan jalan Kirangga Wira Sentika dan jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 ilir, Kecamatan Ilir Barat III, Palembang.
Menurut sejarahnya Masjid Besar Al-Muhammadiyah ini dibangun oleh ulama besar, KH Abdurahman Delamat (Ki Delamat) di atas tanah wakaf milik Kiai Kihagus H Khotib Mahmud tahun 1889 dan selesai tahun 1991. https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Mahmudiyah_Suro
Fasad
Tidak seperti masjid-masjid sekarang yang dibangun semegah dan semewah mungkin. Masjid yang dulunya bernama Masjid Suro dan sekarang telah berganti nama menjadi Masjid Besar Al-Muhammadiyah ini masih tampak klasik dengan atap yang layaknya bangunan rumah penduduk, bila masjid-masjid lainnya menggunakan kubah berbentuk bundar dan pipih, kubah Masjid Besar Al-Muhammadiyah ini justru hanya berbentuk tajuk limas dengan mustaka dan kubah dari aluminium, simbol ini menandakan arsitektur masjid ini terpengaruh oleh masjid-masjid di jawa. Begitu juga dengan menaranya yang kokoh dan berbentuk lancip pada ujungnya. Menara tersebut juga yang menambah kesan klasik pada Masjid Besar Al-Muhammadiyah ini.
Masjid Besar Al-Muhammadiyah ini juga memiliki 16 tiang yang terdiri dari 4 tiang sokoguru dan 12 tiang penopang yang hingga saat ini belum pernah diganti.
2. Kuto Besak Theater dan Restoran
Komentar
Posting Komentar