Teori dan Sejarah Perkembangan Arsitektur
Nama : Riski Amalia
NPM : 1902250005
UAS
TEORI DAN SEJARAH ARSITEKTUR
1. Arsitektur tradisional
https://tambahpinter.com/rumah-adat-sumatera-selatan/
·
Menurut Amos Rapoport (1960) Arsitektur
tradisional merupakan bentukan arsitektur yang di turunkan dari generasi ke
generasi berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari
tradisi masyarakat yang lebih dari sekedar tradisi membangun secara fisik.
·
Arsitektur tradisional merupakan
arsitektur yang terbentuk dari cerminan budaya dan adat istiadat masyarakat,
arsitektur tradisional di wariskan secara turun temutun, memiliki aturan yang
di berlakukan turun temurun dan tidak bisa di ubah lagi.
(Arsitektur
Tradisional adalah arsitektur yang terbentuk dari cerminan budaya dan adat
istiadat masyarakat yang di turunkan dari generasi ke generasi yang mana
memiliki aturan yang di berlakukan turun temurun dan tidak dapat di ubah lagi).
Arsitektur
vernakular
https://labbcmedan.beacukai.go.id/pojok-karya/pojok-sosbud/24-makna-rumah-adat-bolon-sumatera-utara
·
Menurut Yulianto (1993) Vernakular
adalah bahasa setempat, dalam arsitektur istilah ini menyebut bentuk-bentuk
yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, di
ungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural.
·
Menurut Paul Oliver Arsitektur
Vernakular adalah rumah-rumah rakyat dan bangunan-bangunan lain yang terkait
dengan konteks lingkungan mereka dan sumber daya tersedia yang di miliki atau
di bangun untuk mengakomodasi nilai-nilai ekonomi dan cara hidup budaya
berkembang.
(
Arsitektur vernakular adalah rumah-rumah rakyat dan bangunan-bangunan lain yang
merupakan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, sumber daya
tersedia yang di miliki).
2.
ARSITEKTUR
NUSANTARA RUMAH BUTON
Arsitektur
Nusantara bukanlah Arsitektur Tradisional, meskipun kedua arsitektur ini
merujuk pada sosok arsitektur yang sama yaitu arsitektur yang
ditumbuhkembangkan oleh demikian banyak anak bangsa dan suku bangsa di
Indonesia. Arsitektur Tradisional mempelajari tentang kosmologi dan mitos,
kepercayaan, lambang, mata pencaharian, jalinan sosial, keseniankerajinan, tata
letak, sedangkan Arsitektur Nusantara lebih membahas tentang tatanan
estetikakomposisi, sistem struktur dan konstruksi, tektonika, stilistika,
proses konstruksi, makna, adattradisi manusia-lingkungan-bangunan. Arsitektur
Nusantara bukanlah sinonim dengan arsitektur tradisional, sebab di satu sisi
pengetahuan tentang arsitektur tradisional berada dalam lingkaran disiplin
kebudayaan, sehingga diyakini bahwa arsitektur merupakan buah atau cerminan
budaya. Di sisi lain Arsitektur Nusantara ini muncul karena keterlibatan
masyarakat atau arsiteklah yang menghadirkan karya arsitektur lewat kebudayaan,
jadi bukan kebudayaan yang menghadirkan arsitektur.
Semua
bangunan arsitektur Nusantara di Buton berbentuk rumah panggung yang berdiri di
daratan dan persegi empat panjang. Namun Secara umum bangunan di daerah ini
dapat digolongkan dalam empat macam yakni rumah tinggal, rumah tempat ibadah,
rumah tempat musyawarah dan rumah tempat penyimpanan.
https://guratgarut.com/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Rumah
tempat tinggal pejabat atau kaum bangsawan
Atap
: Bentuknya yang lebih kompleks dan terdiri dari dua pelana yang ditumpuk dan
memiliki dua sosoran. Pembagian tingkat mengandung makna ketinggian derajat
penghuninya.
Dinding
: Pada umumnya berdiri tegak.
Tiang
: Berbentuk persegi empat panjang.
Lantai
: Bertingkat-tingkat, yaitu ruang pertama sampai dengan ketiga rata (dari
teras, ruang tamu, ruang tidur sampai ruang tengah), untuk ruang suo/singku
lebih rendah satu siku (hasta).
Tangga
: Bentuk segi empat panjang dengan anak tangga yang selalu ganjil jumlahnya.
Material
Bangunan
a. Kayu digunakan untuk membuat tiang,
dinding, pasak, gelegar, tangga, maupun bahan untuk membuat kerangka atap
rumah. Jenis-jenis kayu yang dianggap berkualitas untuk dujadikan bahan
bangunan diantaranya adalah kayu pohon nangka, jati dan bayem.
b. Bambu atau kayu. Bambu pada umumnya
digunakan sebagai lantai rumah. Jenis bambu yang dipilih adalah bambu yang
sudah tua dan kemudian diawetkan dengan cara direndam di dalam air laut selama
beberapa waktu sebelum dipasang agar dapat bertahan hingga ratusan tahun.
c.
Daun rumbia atau nipa.
Daun
ini digunakkan untuk membuat atap rumah.
2.
Struktur Bangunan Berikut fungsi dan cara pembuatan beberapa bagian rumah adat
orang Buton :
a.
Sandi (sendi), yaitu tiang rumah yang terbuat dari batu kali (sungai) atau batu
gunung yang berbentuk pipih. Sandi ini hanya diletakkan pada tanah sebagao
sepatu tiang. Bagian ini berfungsi untuk mengatur keseimbangana bangunan ketika
saat terjadi gempa bumi.
b.
Tiang, yaitu bagian rumah yang berfungsi menopang bagian-bagian rumah lainnya.
c.
Kayu atau balok penyambung, yaitu bagian rumah yang berbentuk balok pipih
dengan ukuran tebal sekitar 6-7 cm dan lebar 12-15 cm. Panjang balok pipih ini
disesuaikan dengan panjang rumah. Kayi berfungsi sebagai penghubung antara satu
tiang yang lain. Kayi dibuat dengan cara menghaluskan kayu yang telah dibentuk
menjadi balok pipih. Penghalusan ini dilakukan dengan menggunakan serut. d.
Tumbu tada, yaitu balok pipih panjang yang berfungsi untuk mengikat atau
menyambung deretan tiang yang berjejer ke samping.
d.Tumbu
tada berukuran tebal sekitar 6 cm, lebar 12 cm, dan panjangnya disesuaikan
dengan lebar rumah.
e.
Galaga (gelegar), yaitu balok pipih yang diletakkan di antara tumbu tada.
Ukuran tebal dan lebarnya sama dengan ukuran tumbu tada sedangkan panjangnya
disesuaikan dengan panjang masing-masing ruang. Galaga berfungsi sebagai
landasan ataupun penyangga papan lantai.
f.
Garage, yaitu belahan-belahan bamboo yang dipasang secara melintang di atas
galaga. Garage ini hanya digunakan jika lantai sebuah rumah terbuat dari
bamboo. Jika lantai rumah menggunakan papan kayu seperti pada bangunan malige,
maka cukup digunakan galaga saja.
g.
Lantai, yaitu bagian bawah atau alas (dasar) suatu ruangan atau bangunan yang
berfungsi sebagai tempat melakukan segala kegiatan di dalam rumah tempat
tinggal raja biasanya terbuat dari kayu jati yang dilambangkan status sosial
sang sultan. Lantai bamboo untuk kalangan menengah ke bawah, bamboo tersebut
dipotong-potong sesuai dengan panjang kamar di dalam rumah, lalu dibelah dan
diraut hingga halus. Selanjutnya, belahanbelahan bamboo halus tersebut dijalin
menjadi satu kesatuan dengan tali penjalin yang disebut woll sehingga tampak
lebih indah.
Komentar
Posting Komentar