Dampak COVID-19 yang mempengaruhi perilaku manusia terhadap kebutuhan akan hunian

Pandemi COVID-19 telah merubah berbagai aspek dalam keseharian kita. Kecemasan dan rasa tidak aman yang dialami sebagian besar dari kita harus bisa disikapi dengan rasional agar kita bisa bertahan hidup dan juga membantu orang lain bertahan. Penerapan pola hidup sehat dan mengikuti anjuran pemerintah juga harus kita lakukan sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19.

perubahan perilaku masyarakat. Saat ini, masyarakat bersiap memasuki new normal life atau pola hidup normal baru akibat pandemi dalam dua bulan terakhir.Sekarang sebenarnya kita sudah mulai masuk pada tahap resiliensi. Kita sudah mulai berpikir, merencanakan, lalu bertindak, step by step untuk resiliensi untuk menghadapi what’s the next?” ujar psikolog Ratih Ibrahim, saat dihubungi, Kamis (7/5).Kita sudah beradaptasi. Jadi kita menemukan new normal. Oh ternyata work from home, kita harus menyesuaikan diri bekerja dari rumah,” imbuhnya.

Menghabiskan waktu di rumah lebih banyak dari biasanya sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlaku menyadarkan banyak pemilik hunian bahwa ada beberapa faktor penting dalam membangun hunian yang tidak boleh ditinggalkan.
Menurut arsitek Cosmas Gozali, pemilik hunian akan menemukan bahwa keberadaan pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik sangat penting apalagi fungsi rumah lebih dari sekadar tempat tidur atau penyimpanan barang.
"Kita tahu, bahkan saat virus SARS merebak, aliran udara alami akan memperlambat perkembangan virus. Sementara itu sinar matahari juga dapat membunuh bakteri," ujarnya pada kesempatan diskusi yang ditayangkan secara langsung melalui akun instagram Bisnis Indonesia, Rabu (3/6).
Pandemi virus corona diperkirakan akan mengubah perilaku dan kebutuhan hunian, baik untuk bangunan eksisting atau yang akan dibangun di masa depan.
Cosmas mengutarakan bahwa sebelumnya orang Indonesia cenderung membangung rumah yang tertutup dari berbagai sudut. Alasannya beragam, ada yang tidak ingin udara panas masuk ke rumah atau merasa bukaan yang terlalu lebar membuatnya merasa terlalu terekspos.
Padahal, dia menambahkan, bukaan pada bangunan hunian, terlebih untuk bangunan berukuran kecil, akan menjadi sumber udara dan pencahayaan alami.
Selain hemat energi, cross ventilation atau ventilasi silang dapat diterapkan untuk memperlancar pergantian udara, aspek penting di tengah pandemi saat ini.
Ke depan, Cosmas memperkirakan kebutuhan ruang terbuka akan semakin meningkat. Meskipun dengan keterbatasan lahan, ruang di dalam rumah harus dibentuk senyaman mungkin dan mengedepankan protokol kesehatan.
Dia mengtakan bahwa setiap rumah perlu ruang peralihan, semacam ruang tamu, agar ketika masuk ke dalam rumah kita tidak serta merta membawa kuman dan virus masuk. Keberadaan ruang peralihan juga dapat digunakan untuk menjaga privasi penghuninya.
"Selain itu, penggunaan ruang atap sebagai teras terbuka mungkin akan semakin banyak dipergunakan. Karena pencahayaan dan udara yang maksimal," katanya.
Dia juga mengingatkan, untuk pemiliki hunian yang merasa perlu melakukan renovasi, perubahannya tidak perlu dilakukan secara besar-besaran.


Sumber: https://m.mediaindonesia.com/read/detail/310983-psikolog-pandemi-ciptakan-perilaku-baru-masyarakat


https://fisip.ub.ac.id/?p=10282&lang=id

https://m.bisnis.com/amp/read/20200603/219/1248090/pandemi-mengubah-kebutuhan-desain-hunian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ARCHITECTURE

Fungsi Dalam Arsitektur

Teori dan Sejarah Perkembangan Arsitektur